Jalan-Jalan Ke Masjid Basyariyah Sewulan


Hai sobat jalan-jalan madiun, pada kesempatan kali ini kita jalan-jalan ke salah satu peninggalan Islam yang ada di Madiun. Kali ini kita jalan-jalan ke Masjid Sewulan atau Masjid Basyariyah Sewulan. Masjid ini terletak di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, dengan jarak dari pusat kota madiun sekitar 12 km. Ada 2 jalur utama untuk menuju ke Masjid Sewulan, pertama jika anda dari ponorogo, anda dapat melalui pasar pagotan ke timur. Kedua, jika anda dari madiun, anda bisa melalui Jl Raya Madiun-Ponorogo lewat desa sangen ke timur.
Masjid tampak depan

Masjid Sewulan memiliki sejarah lama yang harus diketahui oleh semua orang sebagai pembelajaran sehingga tetap lestari. Masjid Sewulan ini sudah masuk bangunan cagar budaya karena usianya yang tua serta nilai-nilai hostorisnya yang mendalam. Masjid Sewulan yang juga sering disebut dengan Masjid Basyariyah ini didirikan sekitaran tahun 1740-an. Ternyata, Masjid tertua di Madiun adalah Masjid Sewulan. Kenapa kok dinamai dengan Masjid Basyariyah? Karena pendiri Masjid Sewulan adalah KH Bagus Harun atau lebih dikenal dengan Kiai Ageng Basyariyah. Penamaan Sewulan juga terkait dengan cerita mengenai penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Kiai Ageng Basyariyah.


Ada beberapa tafsiran mengenai penamaan sewulan, pertama, kata wulan ini asalnya dari bahasa Jawa dengan arti bulan, karena ada penambahan imbuhan se diawal kata menjadi sewulan yang artinya sebulan. Kiai Ageng Basyariyah pernah mondok di pesantren Tegalsari Ponorogo yang diasuh oleh Kiai Ageng Muhammad Besari. Ketika Kraton Surakarta mengalami peperangan dengan pemberontak cina (Pangeran Kuning) pada tahun 1742, Sinuwun Pakubuwono II mencari tempat persembunyian dan berlindung di pondok pesantren Tegalsari. Kemudian, Kiai Ageng Moh. Besari mengutus Kiai Ageng Basyariah ke Kraton Surakarta untuk mengatasi pemberontakan tersebut. Atas ijin Allah SWT, Kiai Ageng Basyariyah berubah menjadi capung (kinjeng) untuk masuk ke Kraton dan alhasil beliau dapat menyelesaikan tugas tersebut sehingga Sinuwun Pakubuwono II kembali ke Kraton.

Serambi Masjid

Sinuwun Pakubuwono II kemudian menghadiahi Payung Tunggul Nogo kepada Kiai Ageng Basyariyah. Payung tersebut kemudian oleh Kiai Ageng Basyariyah diserahkan kepada Kiai Ageng Moh. Besari namun beliau menolak. Karena beliau menolak dan Kiai Ageng Basyariyah menganggap adanya payung tersebut akan menimbulkan sombong dan tamak pada anak cucunya, maka dibuanglah payung itu di jembatan sekayu (sungai besar sebelum masuk ponorogo). Sekembalinya ke pondok Tegalsari, Kiai Ageng Basyariyah diutus untuk berdakwah agama Islam dengan berjalan menuju utara ke arah Madiun dan sebelum 30 hari (sebulan atau sewulan) tidak boleh berhenti. Dan tepat pada hari ke 30, Kiai Ageng Basyariyah mendapatkan tempat di daerah Dagangan wilayah Madiun bagian selatan. Maka daerah tersebut dinamakan Sewulan.

Kedua, mengenai penamaan Sewulan adalah sewu wuwul atau seribu wuwul. Wuwul menurut ceita merupakan hitungan untuk satu hektare. Oleh karena itu, seribu wuwul diartikan seribu hektar. Bisa jadi memang Kiai Ageng Basyariyah menempati tanah yang cukup luas karena Sewulan pada zaman dulu memang cukup luas hingga mencakup sejumlah daerah-daerah di sekitarnya. Ketiga, ada juga tafsiran penamaan Sewulan dengan sewu wulan atau malam seribu bulan. Konon katanya pendirian Masjid Sewulan ini bertepatan dengan malam lailatul qadar bulan Ramadan di mana keutamaan seribu bulan diturunkan.

Masjid Sewulan dibangun dan dikerjakan langsung oleh Kiai Ageng Basyariyah dan menantunya, Muhammad Santri atau Tumenggung Alap-Alap Kuncen. Masjid Sewulan memiliki pondasi yang kokoh karena terbuat dari batu bata merah dengan ukuran 20 cm x 40 cm. Batu bata merah tersebut terbuat dari tanah liat dan badeg tebu. Masjid Sewulan ini dibangun dengan filosofi Islam dan dipadu dengan unsur Jawa. Jika anda berkunjung ke Masjid Sewulan, anda disambut dengan gapura yang bermakna �ghofura� (bahasa arab) yang artinya ampunan. Gapura ini memiliki filosofi bahwa manusia diharapkan tak henti memohon ampunan Gusti Allah setiap hari. Selain itu, gapura dibangun tepat didepan masjid agar manusia senantiasa mensucikan batin sebelum beribadah kepada Allah SWT. Halaman Masjid Seluwan banyak pohon sawo kecik. Filosofi Sawo Kecik ini berasal dari uangkapan jawa yaitu sarwo becik (penuh kebaikan), maknanya adalah manusia dalam setiap perilakunya harus selalu berbuat kebaikan. Sebelum anda menginjakkan kaki di Masjid, anda terlebih dahulu melalui kolam pasucen (persucian). Tanpa disadari, ketika pengunjung masuk ke kolam maka pengunjung juga membersihkan kakinya dari najis. Disamping kolam untuk membersihkan kaki, di kanan kirinya juga ada kolam yang dulunya digunakan untuk berwudhu. Sekarang sepertinya tidak difungsikan lagi dan tempat wudhunya telah diganti dengan kran.
Tampak Bangunan Dalam Masjid

Desain bangunan Masjid Sewulan tidak jauh beda dengan masjid kuno dahulu. Atap Masjid Sewulan dibangun bertingkat 3. Atap bertingkat ini melambangkan tingkatan manusia dalam belajar Islam, paling bawah adalah thoriqot, tengah adalah makrifat dan yang ketiga adalah hakikat. Bangunan utama masjid memiliki empat pintu dan lima jendela yang merupakan simbol dari ajaran Islam bahwa orang harus mampu menguasai dan menjaga sembilan lubang (Howo songo) yang ada pada tubuh manusia yaitu 2 telinga, 2 mata, 2 lubang hidung, mulut, dan dua lubang dibawah perut. Jika manusia tidak cerdas menjaga lubang-lubang itu maka hawa nafsu manusia tidak akan terkendali. Masjid Sewulan disangga dengan 4 tiang di dalam masjid. 4 tiang ini adalah simbol dari madzab atau panutan imam besar pewaris para nabi. Mereka adalah imam Syafi�i, Imam Hambali, Imam Hanafi, dan Imam Malik. Keempat imam tersebut hingga kini masih dianut oleh mayoritas umat Islam ahlussunah waljamaah di Nusantara.

Masjid Sewulan memiliki ciri khas dengan bentuk ornamen-ornamen yang unik, seperti kaligrafi, warna kuning gading di pintu utama masjid dan mimbar khutbah yang masih asli sejak awal pembangunannya. Masjid Sewulan ini hampir sama dengan masjid di Solo dan Tegalsari Ponorogo yang ada tangganya ditengah bangunan utama karena memang sejarahnya berhubungan antara Tegalsari dan Keraton Surakarta. Masjid Sewulan ini telah mengalami beberapa kali renovasi, seperti pada tahun 1922 atap masjid yang dulunya terbuat dari kayu yang di bentuk Sirap diganti dengan genting yang terbuat dari tanah liat di karenakan sudah banyak sirap yang lapuk karena di makan usia. Pada tahun 1924 lantai masjid di lapisi dengan tegel dan di tahun 1986 genting masjid di ganti lagi dengan genting baru yang lebih berkualitas.
Gerbang Makam
Cungkup Makam Kiai Ageng Basyariyah

Sebelah barat Masjid Sewulan terdapat pemakaman dimana disanalah Makam Kyai Ageng Basyariyah berada dan para pemimpin Sewulan dahulu. Makam Kiai Ageng Basyariyah tepatnya berada di cungkup utama diapit makam putrinya Nyai Muhammad Santri dan menantunya Kiai Muhammad Santri. Ketiga makam ini ditutup dengan kain berwarna hijau tua. Tepat di depan makam Kiai Ageng Basyariyah terdapat songsong tiga tingkat berwarna hijau (Songsong Tunggul Nogo). Songsong ini dihias dengan sepasang naga di bawahnya dan difungsikan sebagai rak sederhana untuk tempat Al Quran dan surat yasin. Dinding bagian luar cungkup utama ini tertempel silsilah Kiai Ageng Basyariyah dan Kiai Muhammad Santri (Tumenggung Alap-Alap Kuncen). Selain itu, tertempel juga silsilah dari Kiai Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berasal dari Kiai Ageng Basyariyah. Gus Dur merupakan salah satu keturunan ketujuh Kiai Ageng Basyariyah. Di Sewulan inilah Gus Dur menghabiskan masa kecilnya dan menimba ilmu agama sebelum akhirnya pindah ke Jombang. Katanya, dulu Gus Dur sering bermain air di kolam Masjid Sewulan.
Silsilah Kiai Ageng Basyariyah
Silsilah Gus Dur Dari Sewulan
Bagi anda yang ingin ke Masjid Sewulan, monggo setiap saat terbuka untuk masyarakat. Di sana anda dapat belajar mengenai sejarah sewulan dan napak tilas perjuangan dakwah Kiai Ageng Basyariyah. Tentunya kesana tidak hanya untuk berkunjung dan melihat-lihat suasana tapi juga ada baiknya berziarah ke makam. Jika ingin ramai, biasanya pada malam jum�at banyak pengunjung melakukan ziarah dan melakukan shalat malam dan I�tikaf di masjid. Kalau yang lebih ramai lagi biasanya pada bulan ramadhan dan terlebih lagi pada sepertiga malam terakhir bulan ramadhan banyak orang melakukan I�tikaf disana. Kalau hanya sekedar nongkrong ngopi, tepat di timur masjid ada warung yang menyediakan berbagai menu terutama kopi. Selamat Berkunjung Ke Masjid Sewulan.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogroll

Lacak resi JNE di sini
Lacak resi TIKI di sini:
Lacak resi POS Indonesia:
Powered by Blogger.
Copyright © Info Kota Madiun dan Surabaya | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com